Wednesday, June 3, 2009

UASBN


Menjelang beberapa pekan sebelum UASBN (Ujian Akhir Siswa Bersama Negeri) kami para orang tua siswa juga turut sibuk mempersiapkan anak-anaknya untuk belajar menyongsong makhluk yang bernama UASBN tersebut. Saya selaku orang tua dari sebuah sekolah dasar negeri di bilangan wilayah Jakarta Barat juga di buat sibuk, guna mempersiapkan anak saya. Bahkan beberapa bulan sebelumnya juga telah diikutkan les-les tambahan. Les tambahan ini diadakan dengan mengajak beberapa teman-teman anak saya yang jarak rumahnya tidak terlalu berjauhan. Alhasil ada 4 orang anak yang mau ikut les tambahan dan mengenai tempatnya akan digilir dari keempat anak-anak tersebut. Sedangkan guru lesnya diambil dari tempat anak saya bersekolah. Les ini hanya menekankan pada materi-materi yang akan diujikan didalam UASBN, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Dan tak lupa pula saya setiap malam lebih ekstra memberikan bimbingan pada materi-materi yang akan diujikan tersebut.

Hari H itupun tiba, kami orang tua telah mempersiapkan anak saya secara mental, spritual dan dengan materi-materi yang akan diujikan yang menurut saya telah maksimal. Ujian berlangsung selama 3 hari, akhirnya selesai juga.

Anak-anak diberi tahu bahwa pengumuman hasil UASBN-nya akan diumumkan seminggu kemudian. Akhirnya hasil UASBN pun diumumkan, para orang tua di panggil ke sekolah untuk menerima hasil ujian. Banyak orang tua yang datang dalam acara tersebut, setelah acara sambutan dari kepala sekolah disusul dengan sambutan-sambutan yang lainnya dan ditutup acara kreatifitas siswa, akhirnya pembagian hasil UASBN di bacakan, dipanggil nama siswa satu persatu untuk menerima hasil UASBN. Anak saya namanya di panggil, saya datang mendekati meja wali kelasnya. Pak wali kelas menyalami saya dan mengucapkan selamat, bahwa anak saya telah berhasil dengan nilai yang cukup baik.

Setelah selesai UASBN, kesibukan berlanjut yaitu mendaftarkan anak saya ke SMP. Pendaftaran ke SMP saat ini dilakukan dengan sistem komputerisasi dan berdasarkan peringkat (rangking) dari nilai UASBN hasilnya bisa dilihat di website. Setelah mendapat formulir, saya mengisi tujuan SMP mana saja yang diinginkan anak saya, kemudian mengembalikan ke SMP yang terdekat. Dua hari kemudian hasil akan diumumkan di website, kami orang tua berdebar-debar menunggunya. Hari pertama dari pengumuman penerimaan siswa baru SMP anak saya masih berada di urutan aman pada sekolah pilihan pertama, saya masih cukup optimis. Hari kedua saya buka website kembali, ternyata anak saya sudah hilang dari urutan di sekolah pilihan pertama dan sekarang berada di sekolah pilihan kedua, tetapi dalam posisi yang tidak terlalu mengkhawatirkan, saya masih optimis. Hari ketiga anak saya merosot satu angka, tetapi masih dalam posisi aman. Hari keempat posisi anak saya masih ajeg diposisi terakhirnya dan hari ini merupakan hari penutupan untuk pendaftaran. Dapat dipastikan anak saya diterima di sekolah pilihan keduanya.

Saya cukup gembira dengan hasil yang dicapai anak saya, walaupun tidak diterima pada pilihan sekolah yang pertama, karena saya tahu anak saya sudah berusaha maksimal dalam belajarnya. Saya cukup bangga dan senang dengan hasil yang di raihnya.

Demikian sekelumit kisah saya dalam membimbing anak saya di dalam menghadapi UASBN. Memang kita sebagai orang tua menginginkan anak untuk mencapai hasil yang terbaik dan sekolah yang terbaik, tetapi kemampuan tiap-tiap anak berbeda-beda. Kita tidak dapat memaksakan keinginan (ego) kita. Kita cukup bersyukur dan bangga dengan hasil yang telah dicapainya jika memang itu telah dilakukan dengan persiapan dan usaha yang maksimal.